Paus meninggal: Konklaf rahasia penentu Paus baru, bagaimana pemimpin Katolik dipilih?
Sumber gambar, Getty Images
- Penulis, Jeremy Howell
- Peranan, BBC World Service
Paus Fransiskus telah meninggal dunia pada usia 88 tahun. Vatikan mengumumkan pada Senin Paskah bahwa pemimpin Gereja Katolik Roma tersebut “kembali ke rumah Bapa”. Dia adalah Paus Amerika Latin pertama dalam sejarah Gereja.
Sesuai tradisi, kematian Paus dikonfirmasi oleh kepala departemen kesehatan Vatikan dan kardinal kamerlengo (camerlengo, dalam bahasa Italia) Kevin Joseph Farrell.
Jenazah Paus sekarang akan dibawa ke kapel untuk upacara pribadi.
Di sana, jenazah akan ditempatkan dalam satu peti mati—berbeda dari tiga peti mati bersusun yang umum dalam pemakaman Paus sebelumnya.
Upacara pemakaman dan penguburan akan dilangsungkan selama empat hingga enam hari setelah kematian Paus Fransiskus.
Setelah kematian Paus, kardinal kamerlengo menyegel apartemennya di Wisma Santa Marta, tempat ia memilih untuk tinggal selama masa kepausannya.
Kamerlengo menghancurkan cincin Paus, sebuah cincin stempel yang digunakan untuk menandatangani dokumen, di depan Kolegium Kardinal menggunakan palu seremonial.
Ini adalah awal dari periode Sede vacante, ketika Gereja Katolik tidak memiliki Paus dan mempersiapkan konklaf—pertemuan rahasia di mana para kardinal memilih Paus baru.
Bagaimana konklaf rahasia ini memilih pemimpin Katolik baru?
Siapa yang menjadi paus dan bagaimana memilihnya?
Sumber gambar, Getty Images
Paus baru dipilih setelah petahana meninggal, atau setelah ia mengundurkan diri (seperti yang dilakukan Paus Benediktus XVI pada 2013).
Penggantinya menjadi pemimpin Gereja Katolik Roma.
Jabatan tersebut selalu diberikan kepada salah satu pejabat senior di Gereja Katolik, yang disebut kardinal.
Mereka jugalah yang berwenang memilih paus baru.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Terdapat 252 kardinal di seluruh dunia per 19 Februari 2025, yang juga menjabat sebagai uskup.
Hanya mereka yang berusia di bawah 80 tahun yang memenuhi syarat untuk memilih paus baru.
Jumlah dari “kardinal pemilih” ini biasanya dibatasi hingga 120, namun saat ini ada 135 yang dinyatakan memenuhi syarat untuk memilih paus baru.
Adapun Paus Fransiskus menunjuk 21 kardinal baru pada Desember 2024 lalu.
Bagaimana para kardinal memilih paus baru?
Sumber gambar, Getty Images
Ketika pemilihan paus baru perlu dilakukan, seluruh kardinal dipanggil ke Vatikan di Roma untuk konklaf kepausan. Ini adalah proses pemilihan yang telah diikuti, hampir tidak berubah, selama sekitar 800 tahun.
Pada hari pertama konklaf, mereka menggelar misa di Basilika Santo Petrus.
Mereka kemudian berkumpul di Kapel Sistina. Di sana, perintah “extra omnes”— bahasa Latin untuk “semua orang keluar”—diberikan.
Sejak saat itu, semua kardinal akan diisolasi di dalam Vatikan hingga paus baru terpilih. Adapun kata “konklaf” berarti “dengan kunci”.
Para kardinal memiliki pilihan untuk memberikan suara awal di Kapel Sistina pada hari pertama konklaf.
Mulai hari kedua dan seterusnya, mereka mengadakan dua kali pemungutan suara setiap pagi, dan dua kali pemungutan suara setiap sore di kapel, hingga kandidat paus diseleksi menjadi satu.
Dalam pemilihan, tiap kardinal menulis nama kandidat yang dipilih dalam kertas suara di bawah kata-kata “Eligio in Summum Pontificem”, yang dalam bahasa Latin berarti “Saya memilih Paus Tertinggi”.
Untuk menjaga kerahasiaan surat suara, para kardinal diminta untuk tidak menggunakan gaya tulisan tangan mereka yang biasa.
Jika hingga akhir hari kedua belum ada nama tunggal, hari ketiga digunakan untuk berdoa dan merenung, tanpi pemungutan suara sama sekali.
Pemungutan suara dilanjutkan seperti biasa setelah itu.
Seorang kandidat membutuhkan dua pertiga suara elektor kardinal untuk terpilih menjadi paus.
Prosesnya dapat memakan waktu beberapa hari, atau terkadang berminggu-minggu.
Apa yang terjadi di dalam konklaf kepausan?
Konklaf diadakan dalam isolasi ketat. Para kardinal tidak boleh meninggalkan Vatikan, tidak boleh mendengarkan radio, menonton televisi, membaca koran, atau menghubungi siapa pun di dunia luar melalui telepon.
Tak ada satu pun diperbolehkan memasuki ruang kardinal selain staf rumah tangga, dokter, dan pendeta yang mendengarkan pengakuan mereka. Mereka semua disumpah untuk merahasiakannya.
Sumber gambar, Getty Images
Di antara pemungutan suara, para kardinal (baik pemilih paus maupun mereka yang terlalu tua untuk memilih) menghabiskan waktu mereka untuk mendiskusikan keunggulan para kandidat.
Tidak seorang pun diizinkan untuk berkampanye secara terbuka.
Vatikan menyebut para kardinal dibimbing oleh Roh Kudus. Meskipun demikian, proses pengumpulan dukungan untuk satu kandidat atau kandidat lainnya dianggap sangat politis.
Dua kali sehari selama konklaf, surat suara bekas dibakar dan orang-orang di luar Vatikan dapat melihat asapnya keluar dari cerobong asap Kapel Sistina.
Kertas suara diberi pewarna hitam atau putih. Asap hitam menandakan suara kardinal belum bulat; asap putih menandakan paus baru telah dipilih.
Sumber gambar, Getty Images
Apa yang terjadi setelah paus terpilih?
Sumber gambar, Getty Images
Setelah memenangkan pemungutan suara, Paus baru ditanya: “Apakah Anda menerima pemilihan kanonik Anda sebagai Paus Tertinggi?”
Paus terpilih kemudian memilih nama yang ia inginkan saat menjadi paus dan mengenakan jubah jabatannya.
Para kardinal memberi penghormatan dan menjanjikan kepatuhan mereka.
Sebuah pengumuman disampaikan di balkon Basilika Santo Petrus kepada khalayak di bawahnya, yang menampilkan kata-kata “habemus papam”, yang dalam bahasa Latin berarti: “Kami memiliki seorang paus.”
Nama paus baru itu terungkap, dan sosoknya sendiri muncul di hadapan kerumunan.
Ia menyampaikan pidato singkat dan memberikan berkat tradisional “urbi et orbi” – bahasa Latin yang berarti “untuk kota dan dunia”.
Nantinya, hasil setiap putaran pemungutan suara dalam konklaf diperlihatkan kepada Paus.
Hasil tersebut kemudian disegel dan disimpan di arsip Vatikan, dan hanya dapat dibuka atas perintah Paus.
Sumber