International Golo Mori Jazz: Empat dekade Sheila Majid bersinar dengan ‘Sinaran’
Lagu hits era 80-an “Sinaran” identik dengan Sheila Majid, musisi asal Malaysia yang telah berkarya selama empat dekade di blantika musik dunia. Sejak dirilis pada 1986, “Sinaran” menjadi lagu andalan yang kerap dia nyanyikan dan memiliki pengaruh besar dalam kariernya.
Lagu itu dia nyanyikan kembali saat tampil di International Golo Mori Jazz, yang digelar pada Sabtu (12/04) di Desa Golo Mori, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur.
“Sinaran” menjadi lagu penutup ajang musik internasional yang digelar di perbukitan Golo Mori—sekitar satu jam perjalanan dari objek wisata Labuan Bajo.
Embusan angin malam dan suara deburan ombak berpadu dengan iringan musik Tohpati Orchestra yang menyertai suara bening nan renyah penyanyi dengan perawakan mungil berusia 60 tahun ini.
Penampilannya yang energik semakin membuat suasana gelaran musik yang diadakan tepat ketika bulan purnama itu tampak hidup.
Ekspresi wajah Sheila berubah sendu kala menyanyikan salah satu lagu hitsnya, “Cinta Jangan Kau Pergi”.
Tapi saat lagu “Sinaran” mulai mengalun di ujung penampilannya, sontak penonton turut menyanyikan lagu ceria yang memadukan jazz dan pop ini.
Sheila mengaku pengalamannya manggung diiringi musisi kawakan Tohpati di Golo Mori dengan bentang alam perbukitan yang menghadap laut dan Pulau Rinca pada saat bulan purnama adalah “momen yang mempesona”.
Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.
Kepada BBC News Indonesia, Sheila mengungkap alasan mengapa dirinya tak pernah bosan menyanyikan lagu “Sinaran”, salah satu hits di album keduanya.
“Macam pelik jika tidak nyanyikan Sinaran. Saya coba tidak nyanyikan itu, tapi setelah selesai, orang-orang menanyakan lagu itu, mana ‘Sinaran’?” ujar Sheila kepada wartawan BBC News Indonesia, Silvano Hajid, pada Kamis (10/04), dua hari sebelum gelaran International Golo Mori Jazz.
“Saya harus ke panggung lagi, menyanyi ‘Sinaran’, baru penonton puas hati dan pulang,” ujarnya kemudian.
Sumber gambar, BBC News Indonesia/Silvano Hajid
Tak lekang oleh waktu
Meski telah berkarya selama 40 tahun, popularitas Sheila Majid tak lekang oleh waktu. Karya-karyanya tak hanya dinikmati generasi lama, tapi juga kaum muda.
Salah satunya Yani, perempuan berusia 26 tahun asal Labuan Bajo yang datang ke International Golo Mori Jazz demi menyaksikan penampilan penyanyi legendaris tersebut.
“Dia luar biasa, penyanyi asal Malaysia itu namanya sudah sampai ke pelosok Indonesia, termasuk di Labuan Bajo.”
Yani mengaku sempat khawatir Sheila tak akan menyanyikan “Sinaran”, namun kekhawatirannya sirna saat intro lagu yang direkam di Jepang dan dirilis pada 1980-an itu mulai mengalun.
Sumber gambar, BBC News Indonesia/Silvano Hajid
Bagi Sheila, kehadiran Yani sebagai penikmat musiknya membawa “kehidupan baru” bagi lagu “Sinaran” yang selalu diasosiasikan dengan nostalgia dan kenangan yang indah ini.
Tahu betul bahwa lagu-lagunya masih banyak dinikmati pendengar musik di Indonesia, Sheila mengaku tak keberatan jika ada musisi yang mengaransemen ulang (remix) lagunya dan menjadi viral di dunia maya.
“Dengan begitu, suara saya bisa didengar lintas generasi, saya amat bersyukur, dengan cara-cara itu seolah memberi ruang dan waktu yang begitu panjang pada karya saya,” ujar Sheila.
Sumber gambar, Silvano Hajid
Ketika ditemui setelah latihan bersama para musisi International Golo Mori Jazz, Sheila membagikan resep tetap eksis di jagad musik meski telah 40 tahun berkarya.
“Jika Anda meminta mesin untuk memutar musik, itu bukan dari hati, kita hanya bisa mendengarnya, oh sedap saja itu musik,” ungkap Sheila.
“Jika ada manusia yang memainkan alat musik atau ada yang menyanyi, itu datangnya dari hati. Jika menjiwai sebuah lagu, itulah yang tidak semua orang punya,” tambahnya.
Sumber gambar, BBC News Indonesia/Silvano Hajid
Penghormatan kepada legenda Titiek Puspa
Sebelum Sheila tampil di atas panggung, grup musik beraliran jazz dari Jakarta, Maliq & D’essentials menghibur para penonton saat semburat senja berwarna jingga membias dari Pulau Rinca, yang tampak dari kejauhan.
Mereka membuka International Golo Mori Jazz dengan lagu “Senja Teduh Pelita”, yang terasa klop dengan suasana saat itu.
Sejumlah penonton tampak mengabadikan senja seraya menikmati lagu-lagu yang dinyanyikan Maliq & D’essentials.
Mereka kemudian menyanyikan lagu-lagu dari album pertama mereka, seperti “Terdiam” dan “Untitled”, juga lagu “Kita Bikin Romantis” yang populer belakangan.
Sumber gambar, BBC News Indonesia/Silvano Hajid
Saat lembayung senja berubah petang, Andien tampil menghibur penonton di atas panggung.
Malam itu, dia mengajak para penonton menyanyikan “Kupu-Kupu Malam”, lagu mendiang Titik Puspa—legenda musik Indonesia yang meninggal dunia pada Jumat (11/04).
Suara Andien mengalun indah dan suasana syahdu menggelayut malam itu.
Sumber gambar, BBC News Indonesia/Silvano Hajid
“Sebenarnya ini mendadak dan tidak pernah ada di daftar lagu yang saya nyanyikan malam ini,” kata Andien dari atas panggung.
Sorot lampu temaram dengan angin yang berembus kencang menorehkan kenangan indah tentang sang legenda, Titiek Puspa, yang berpulang pada usia 88 tahun.