Insiden Juliana di Rinjani, DPR RI Minta Evaluasi Pengawasan Wisata Ekstrem

Insiden Juliana di Rinjani, DPR RI Minta Evaluasi Pengawasan Wisata Ekstrem


Insiden Juliana di Rinjani, DPR RI Minta Evaluasi Pengawasan Wisata Ekstrem
Sejumlah wisatawan berada di Pos Resort Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR) Sembalun, Kecamatan Sembalun, Lombok Timur, NTB(ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

ANGGOTA Komisi VII DPR RI Yoyok Riyo Sudibyo mendorong evaluasi terhadap pengawasan wisata ekstrem di Tanah Air. Hal itu agar insiden seperti yang dialami turis asal Brasil, Juliana Marins (27), yang jatuh dan meninggal di Gunung Rinjani, tidak terulang.

“Kita menyampaikan keprihatinan mendalam atas insiden jatuhnya Juliana Marins di Gunung Rinjani. Semoga kecelakaan ini menjadi yang terakhir,” kata Yoyok dalam keterangan yang dikutip, Rabu (2/7).

Meski terkesan agak lambat, Yoyok mengapresiasi kerja keras Tim SAR yang berhasil mengevakuasi jenazah Juliana di jurang dengan kedalaman 600 meter. Ia bersyukur proses evakuasi dilakukan dengan lancar.

“Saya meyakini tim SAR sudah bekerja sebaik-baiknya dalam upaya penyelamatan korban, tapi saat berada di atas ketinggian gunung, kita tidak bisa main-main dengan kondisi alam dan cuaca,” tutur pria yang juga memiliki hobi mendaki gunung itu.

Yoyok memahami kekecewaan netizen Brasil terhadap Indonesia yang dinilai lamban dalam melakukan upaya penyelamatan Juliana. Netizen Brasil banyak mempertanyakan alasan Tim SAR sempat menghentikan upaya pertolongan terhadap Juliana. Padahal korban masih terpantau bergerak melalui drone yang diterbangkan pendaki lain. 

Di sisi lain, autopsi mengungkap Juliana meninggal dunia hanya dalam waktu 20 menit usai terjatuh akibat luka serius yang dideritanya. Keluarga Juliana juga telah mengucapkan terima kasih dan apresiasinya kepada Indonesia, terutama untuk tim SAR yang berjibaku mengevakuasi jenazah Juliana dalam kondisi yang sulit.

“Kalau kita lihat dari data ini, kecil kemungkinan operasi penyelamatan bisa dilakukan dalam waktu kurang dari 20 menit. Meskipun kita berharap upaya evakuasi bisa lebih maksimal lagi dilakukan,” sebut Yoyok.

Yoyok mengatakan, kejadian ini harus menjadi peringatan semua pihak agar meningkatkan pengawasan dan pengamanan, khususnya bagi wisata ekstrem seperti Gunung Rinjani. 

Terlebih, insiden pendaki jatuh di Gunung Rinjani kembali terjadi hanya berselang beberapa hari setelah kejadian Juliana. Seorang pendaki asal Malaysia jatuh di jalur menuju Danau Segara Anak Rinjani, Jumat siang (27/6). 

Turis Malaysia berinisial NAH itu terpeleset di jalur menuju Danau Segara Anak Rinjani. Ia selamat dan langsung dievakuasi kemudian dilarikan ke Puskemas Senaru.

“SOP bagi wisata ekstrem perlu dievaluasi betul-betul. Pengawasan harus ditingkatkan. Harus ada pemandu atau guide tour yang dinamakan porter. Pendamping tidak boleh meninggalkan siapapun sendirian,” jelas Yoyok. 

“Pendaki juga harus mentaati segala peraturan sebelum naik gunung, yang ditentukan di basecamp masing-masing pengelola. Biasanya peraturannya di tuliskan oleh pengelola yang dipasang di basecamp,” pungkasnya. (Ifa/M-3)



Sumber

Basa Juga