Gempa Myanmar: Mengapa bantuan kemanusiaan dijadikan alat perang oleh junta militer?

Gempa Myanmar: Mengapa bantuan kemanusiaan dijadikan alat perang oleh junta militer?


Dua perempuan mengungsi di perkemahan tenda sementara

Sumber gambar, Getty Images

Keterangan gambar, Lebih dari 2.700 orang tewas dalam gempa bumi dahsyat yang melanda Myanmar pada 28 Maret 2025.

  • Penulis, Gavin Butler
  • Peranan, BBC News
  • Melaporkan dari Singapura

Setelah gempa terjadi, 72 jam pertama adalah waktu genting untuk menyelamatkan korban yang terjebak di reruntuhan. Akan tetapi, yang terjadi di Myanmar justru sebaliknya: petugas penyelamat yang berusaha mengakses beberapa daerah yang paling parah terdampak gempa diadang oleh otoritas militer.

Hal ini diungkapkan oleh beberapa kelompok bantuan dan hak asasi manusia yang mendistribusikan bantuan kemanusiaan pascagempa berkekuatan 7,7 magnitudo pada Jumat (28/03) silam.

Padahal, pemimpin junta militer, Min Aung Hlaing, sudah meminta bantuan kemanusiaan internasional—sesuatu yang teramat jarang terjadi.

“Saya meminta negara mana pun, organisasi mana pun, atau siapa pun di Myanmar untuk datang dan membantu,” ujarnya dalam pidato tak lama setelah bencana itu terjadi.



Sumber

Basa Juga